Postingan

Figur dan Kegenitan Citra

Gambar
Ilustrasi Media sosial (medsos) pada masa pandemi  covid-19  menjadi ruang yang lebih ramai dari biasanya. Tiap kali membuka beranda sederet informasi menghampiri. Informasi mutu maupun tak mutu tersaji rapi berdasar platform medsos. Mudah dijumpai beragam gambar citra diri, baik itu autentik, gurau, atau sekadar kamuflase. Salah satu jenis gambar yang paling mudah ditemukan adalah gambar seseorang atau bersama orang lain dalam aktivitas tertentu. Tak jarang kita mengenal orang tersebut, misalnya figur publik. Dalam kacamata awam kerap dianggap tidak wajar. Peristiwa tersebut dapat ditelaah menurut sudut pandang ilmu bahasa (linguistik). Sintagmatik. Yah, itu bukan semacam anti virus. Sintagmatik adalah konsep yang diajukan oleh Ferdinand de Saussure. Seorang ilmuwan yang dikenal sebagai Bapak Linguistik Moderen. Dalam konsep tersebut dijelaskan bahwa sebuah kata berelasi dengan kata lain disekitarnya secara berurutan. Makna sebuah kata dipengaruhi oleh kata-kata yang ad

Pelintas Batas Maritim: Pencuri atau Pencari?

Gambar
Gambar: CNN Indonesia Benar bahwa kita mesti menjaga perairan kita dari para pencuri. Raut wajah nelayan asing seperti ada di rumah kita, tetangga kita. Tampak pancaran mata pejuang-pejuang nafkah. Bukan mata pencuri. Di rumah ada anak istri menunggu bapak pulang bawa hasil. Buat seragam sekolah dan uang jajan. Jika ada lebihnya, barulah ibu belanja satu dua helai pakaian untuk sekadar merias diri. Bapak tidak kunjung pulang seperti sedia kala. Anak bungsu yang sedari tadi nonton TV tiba2 ia kegirangan melihat bapak. Ibu yang masih belepotan di dapur terkaget-kaget teriakan si bungsu. "Bapak di TV Bu" Yah, bapak di TV. Sedang diciduk aparat negri tetangga. Berjejer di belakangnya aparat yang menenteng AK 47 atau mungkin SS1 buatan Pindad. Sementara di sini. Di Indonesia. Negeri kita. Tidak sedikit menyumpah-serapah para "pencuri" ikan itu. Bila perlu tembaki saja kapal-kapalnya. Dst. Saya teringat dengan nelayan dari Desa tetangga di kampung. Dahulu m

Pulau Sava

Gambar
Gambar: ig @wakatobi_kini Pulau nan eksotis. Daratannya 100% pasir dengan panjang +/- 2 km dan lebar +/- 100 m. Bertengger pada salah satu dari 25 gugus karang yang ada di Wakatobi. Tak berpenghuni tetap. Hanya ada beberapa gubuk milik nelayan untuk tempat sekadar melepas lelah. Bagian ekor pulau kerap berubah-ubah. Bergantung musim. Musim barat ia condong ke timur, musim timur ia condong ke barat. Menurut masyarakat setempat pulau ini bernama Pulau Sava/Safa. Ada juga yang menyebutnya Pulau Sawa. Jika anda beruntung, anda akan menjumpai ribuan burung laut (masyarakat setempat menyebutnya "kera-kera") berbaris rapi bak penjaga pantai yang siap menghadang para penerobos batas. Biasanya di bagian ekor pulau. Kata nelayan yang sering menjumpai burung-burung itu, "mereka sedang ritual. Ritual setelah seharian berburu. Mengecek jumlah anggota keluarga atau sekadar memberi petuah". Nelayan yang hendak beristirahat di Pulau enggan ke sisi ekor pulau. Entah

Iran yang 'Malang'

Gambar
Bara api pembalasan itu ditandai dengan pengibaran bendera merah pada kubah masjid di Kota Qom. Kota suci Syiah. Percaya diri itu kian besar menyusul mengalirnya simpati dunia atas terbunuhnya sang komandan satuan elit Iran "Garda Revolusi". Mayjend Qassem Solaemani. Benar saja, rudal dikirimkan dari negeri para Mullah itu untuk membombardir dua basis militer AS di Iraq. Iran menunjukkan kelasnya. Bukan sekadar gertak sambal ala Pak Kim Jong Un. Tidak terkonfirmasi berapa kerugian akibat serangan itu. Ada yang menyebutnya puluhan nyawa telah meregang. Trump yang sejak awal berkarakter "koboi" itu tiba-tiba melunak.  Di atas kertas, militer AS masih terkuat sejagad. Barangkali ia ingin menghindari perang. Ia hanya menerapkan sanksi ekonomi yang lebih luas lagi kepada Iran. Ketegangan merambah ke seluruh dunia. Khawatir perang dunia ke 3 meletus. Gambar-gambar serangan rudal dan uraian analisa kekuatan militer Iran dan AS menghiasi lini masa media dari

Ketika Manusia dan Kelelawar Berpaut di Wakatobi

Gambar
Gambar: IG @wakatobimasakini Menelusuri bakau. Kira-kira begitulah padanan klausa tracking mangrove . Berada di Desa Waitii, Pulau Tomia, Wakatobi. Juga terdapat dermaga penyeberangan ke Pulau Tolandono, Desa Lamanggau. Desa yang dihuni etnis Bajo (suku laut). Wisatawan mancanegara menggunakan dermaga itu untuk menyeberang ke Wakatobi Dive Resort (WDR) yang tersohor itu. Aksesnya sangat mudah. Ketika menuju dermaga maka pasti melintasi hutan bakau yang rindang. Gambar: koleksi istimewa. Rugi besar sekira hanya melintas. Singgahlah sekadar menghela nafas. Atau membincang suatu perkara yang pelik. Lalu tengok. Di ranting-ranting bakau itu berjejer rapi "si raja malam". Kelelawar. Ada ribuan. Sesekali mereka saling membisik. Pun mereka tidak risih dengan anak-anak remaja yang sedang bertengkar asmara itu. Juga tidak iri dengan si pria mungil yang wajahnya dipenuhi bulir-bulir keringat gejolak asmara. Tengah bersiap mengungkap perasaan pada pujaan hatinya. Ya

Covid-19, Bayi Ngelantur, dan Harapan Baru

Gambar
Ilustrasi. Ig @pderr Di tengah mewabahnya  covid -19  atau yang lebih dikenal virus korona. Pemerintah Indonesia merespons dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Korona berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden. Sedikitnya ada dua pilihan yang telah diterapkan berbagai negara. Pertama, social distancing 'pembatasan sosial'. Frasa social distancing tampaknya sering disalahpahami masyarakat, sehingga organisasi kesehatan dunia (WHO) mendorong penggunaan frasa physical distancing 'pembatasan jarak'. Kedua, lockdown 'karantina wilayah'. Kebijakan Karantina Wilayah diberlakukan sebagai solusi ekstrim manakala penularan tak terkendali. Sebut saja seperti Wuhan, Tiongkok. Pemerintahnya mengucurkan dana sebesar Rp. 20.000 triliun. Uang semua itu gaes.  Alhasil perlahan mulai membaik, bahkan kini 0 (nol) kasus untuk penularan lokal. Langkah ini diikuti oleh Italia sebagai